Senin, 05 Desember 2011

biola biru

''Aku percaya pada musik seperti anak kecil yang percaya pada dongeng, musik ada dimana-mana yang perlu kita lakukan hanya mendengar dan percaya'' -August Rush-



Di sebuah toko alat musik terpencil di pinggir kota, ada seorang gadis remaja yang sedari tadi berdiri di depan etalase biola. Ia terpaku pada satu biola berwarna biru laut dengan ukiran ombak serta berkilauan. Ia terus memandanginya hingga ia tak sadar saat penjaga toko tersebut menghampirinya

''Dik, ada yang bisa saya bantu ?'' tanya penjaga itu yang membuat si gadis terkejut. Sekilas bapak itu seperti berumur 50 tahun-an.

''Eh, iya pak. Mmm saya hanya melihat-lihat saja pak. Hmm... Pak biola biru itu harganya berapa ya, Pak?''

''Oh yang biru itu, harganya 20 juta, memang mahal dan satu-satunya pula karena biola ini sangat langka, terutama warna birunya yang khas. Warna biru biola itu seakan membawa kehangatan tersendiri bagi yang melihat. Apalagi bagi yang memilikinya''

Gadis itu terhenyak itu beberapa saat. 20 juta? Dari mana ia dapatkan uang sebanyak itu. Apalagi ia masih SMA, meski ia kerja part time, tapi gajinya perbulan saja belum cukup untuk membeli biola itu. Lalu..

''Iya pak, sudah kuduga harganya pasti mahal, tapi sebanding dengan kehangatan yang diberikan biola itu, saya bisa rasakan itu''

Bapak penjaga hanya terdiam.

''ya sudah pak, terima kasih ya, Pak''. Lalu gadis itu meninggalkan toko itu. Tampak segoret kekecewaan terlukis di raut wajah gadis itu. Ia telah jatuh cinta pada biola itu saat toko itu baru berdiri yakni 6 bulan yang lalu. Biola biru itu seakan mengajak dia masuk ke relung musik batin yang paling dalam, meski hanya dalam angannya. Setiap pulang sekolah atau pulang kerja, ia selalu mengunjungi toko itu dengan harapan biola biru itu masih terpampang di etalase toko itu...

Gadis itu menyusuri jalan pulang. Fikirannya berkecamuk dengan segala obsesinya tentang biola biru itu. Ia selalu diliputi rasa takut. Takut apabila ia menerima sebuah kenyataan yang pahit, takut bila ia kembali ke toko itu, biola biru itu telah dimiliki oleh orang lain, takut bila ia akan kehilangan harapan untuk memiliki biola biru itu. Tabungan yang ia miliki masih belum mencapai setengah harga biola itu. Terus terang ia sangat pesimis untuk memiliki biola itu, apalagi mempelajarinya. Banyak biaya yang harus ia keluarkan. Dan dari mana ia bisa dapatkan biaya itu? Ia tak tahu. Ia selalu berfikir mengapa untuk mencapai sesuatu itu dengan materi bukan dengan hati.

Tapi ada satu hal yang membuat ia selalu percaya, satu hal yang membuat ia yakin suatu saat ia akan memiliki dan bisa memainkan biola itu, satu hal yang membuat ia bertahan selama 6 bulan untuk mengumpulkan tabungan dengan jerih payahnya, satu hal yang membuat ia yakin bahwa dalam musik ada sebuah keajaiban, yaitu pesan neneknya

''Janganlah kau menyukai musik, tapi cintailah ia. Jika kau mencintai musik, suatu saat ia akan menemuimu dan mencintaimu pula''

                                                            *     *    *

"dik, saya sering melihat adik disini, selalu memandangi biola biru itu" kata bapak penjaga itu di suatu hari. bapak penjaga yang sama dengan tempo hari lalu.

"iya pak. rasanya senang sekali memandangi biola itu. seperti kata bapak kemarin, biola biru itu membawa kehangatan tersendiri bagi yang melihatnya. biola itu seakan belahan jiwa saya. hanya saya sedih, Tuhan belum mengizinkan saya memiliki biola itu, atau bahkan tidak mengizinkan itu sama sekali. seandainya saya diberi kesempatan sekali dalam seumur hidup saya untuk memilikinya, saya ingin mengalunkan satu lagu yang sederhana namun istimewa dari biola biru itu. biola itu [un rasanya memiliki impian yang sama dengan saya. saya bisa rasakan, biola biru itu masih sedih, karena saat ini ia belum bisa mengalunkan nada-nada indah, ia belum menemukan seseorang yang tepat untuk memilikinya. tapi biola biru itu akan jauh lebih sedih bila ia dimainkan oleh orang yang tidak tepat. sayang sekali bila biola yang begitu indah ini bersedih dan tak bisa mengalunkan nada dengan sempurna. semoga saja biola biru ini bisa menemukan orang yang tepat".


tanpa sadar si gadis telah menitikkan air matanya, namun ia buru-buru menghapus air matanya.

"maaf pak, saya jadi berbicara sembarangan seperti ini, saya permisi dulu". lalu si gadis itu keluar toko. sementara si bapak hanya terdiam lau sesaat ia menangis. kata-kata gadis itu mengingatnya pada seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya.

                                                         *       *       *


saat itu suasana sore yang sangat mendung , si gadis tak bekerja, sehingga pulang sekolah ia langsung menuju etalase biola seperti biasa. tapi sesaat ia terkejut

TERJUAL
 bagaikan dihantam oleh beribu peluru, gadis itu langsung terduduk lemas. orang-orang sekeliling memandanginya denga heran. lalu gadis itu langsung lari keluar toko itu, menerobos derasnya hujan, ia berlari, berlari dan terus berlari tanpa arah. hingga pada akhirnya ia terlelah. ia berteriak sekencang-kencangnya, seakan ia marah dan murka kepada langit.

"TUHAN, INIKAH JAWABAN-MU UNTUK PENANTIANKU SELAMA ENAM BULAN? PERJUANGANKU UNTUK MEMILIKI BIOLA ITU? APAKAH INI TAKDIRKU? APA SALAH BILA AKU HANYA INGIN MEMILIKI BIOLA ITU, AKU HANYA INGIN MELANTUNKAN SEBUAH SIMFONI, TUHAN. AKU HANYA INGIN MENGALUNKAN SATU LAGU SEDERHANA NAMUN ISTIMEWA AGAR DAPAT MENCIPTAKAN SEBUAH K KEAJAIBAN. JIKA TAK BISA UNTUK SEMUA ORANG, AKU HANYA INGIN MENGALUNKAN LAGU ITU UNTUK ALMARHUMAH NENEKKU , TUHAAAAAN DENGARKAN AKUUU"


                                            *              *              *


"Neneeeeek, tahu tidak, kalo aku sudah besar, aku mau main biola, trus nenek musti liat aku main biola"
"oooh, kalau begitu nenek mau nanti jadi yang pertama tepuk tangan buat kamu"
"tapi aku takut nek, kalau aku tak bisa bagaimana?"
"begini, kamu percaya dongeng  tidak?"
"percayaaaaa"
"nah, musik itu seperti dongeng, sayang. bila kamu percaya ama musik, musik akan menemuimu, dan saat itu terjadi, maka saat itu pula kamu bisa memainkan nada paling indah di dunia, tapi biola pun juga tidak sembarangn biola, biarkan biola memilih kamu"
"memang biola bisa bicara, nek?"
"tidak, tapi biola dapat memilih orang yang tepat lewat perasaan orang tersebut, dengan begitu nada-nada yang diciptakan akan jauh lebih indah dari apapun"
"aku suka musik, nek"
"eh jangan sekedar suka, tapi cintailah dia"

                               *       *     *

sebuah ketukan pintu terdengar. tak lain dan tak bukn adalah si gadis yang baru pulang dari toko musik itu dengan mata sembab

"kamu kenapa, nak?"
"biolanya terjual, Bu"
"yasudah bukan rezekimu". hanya itu? hanya itu yang dapat ibu katakan. akhirnya gadis itu menuju kamarnya. tapi, terdengar sebuah ketukan. kali ini si gadis yang membuka pintu, dan saat itu si gadis terhenyak....

                      *       *        *

"tahu tidak, nenek mencintai musik itu karena seseorang?"
"siapa nek?"
"mmm dia itu cinta pertama nenek, dia yang mengenalkan nenek dengan dunia musik, dia yang mengajarkan arti musik yang sesunggunya, dan nenek pun berhasil dibuat jatuh hati olehnya"
"kakek?"
"bukan. nenek dan kakek dijodohkan, saat dia tahu itu pun ia tiba-tiba menghilang dan tak pernah muncul hingga sekarang. tapi nenek sangat bahagia, karena dia telah hadiahkan dunia musik kepada nenek, dan kini nenek hadiahkan pula untukmu, dia itu cinta sejati dan cinta terakhir nenek"...

             *           *           *

sebuah pagelaran musik baru saja selesai, seorang pemain biola terkenal baru saja menyelesaikan konser solonya, ia memainkan sweet lorraine dengan sebuah biola biru berukiran ombak dan berkilauan. dia bersiap-siap untuk konfrensi pers terhadap wartawan

kini ia telah duduk di hadapan para wartawan. berbagai pertanyaan datang menghampirinya.

"bagaimana rencana anda untuk tur konser selanjutnya?"
"ya, saya akan mengadakan tur di kota-kota besar, di 5 negara"
"untuk konser malam ini siapakah inspirasi anda sehingga anda membuat konser bertajuk 'mengitat masa lalu'?"

"mmm inspirasi saya datang dari dua orang yang sangat saya sayangi, yang pertama almarhumah nenek saya. yang kedua... dia adalah orang yang dulu adalah seorang penjaga toko musik terpencil di pinggir kota, dia adalah orang yang menghadiahkan biola biru ini tepat sepuluh tahun yang lalu, dia pula yang membiayai semua kursus biola saya dari awal hingga akhir hayatnya, ia wariskan seluruh hartanya untuk saya, dia yang membuat saya sesukses sekarang, dan dia jugalah yang nenek saya pernah ceritakan, yang nenek saya sebut 'cinta pertama, cinta sejati, dan cinta terakhirnya".



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar